Ini Alasan Asyiknya Kegiatan Bertani Di Sekolah
Kegiatan yang saya lakukan di sekolah ini terinspirasi oleh kegiatan pertanian di sekolah waldorf. Pertanian di sekolah waldorf ada bahasan tersendiri dan dikenal dengan biodynamic farming. Untuk sampai pada tahapan biodynamic farming, keilmuan saya belum cukup. Maka saya ambil sisi lainnya saja yaitu pertanian organik saja.
Hal yang mendasari kegiatan pertanian (kemudian nanti ada peternakan) adalah memberikan pengalaman kepada anak didik untuk belajar mandiri dengan menyediakan makanan sendiri.
Ini tidak terlepas dari cerapan saya pada konsep pendidikan bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memampukan anak didik untuk menyediakan sandang, pangan, dan papan. Menyediakan sandang, pangan, papan, secara mandiri yang berarti melepaskan ketergantungan pada pihak luar.
Ini Asyiknya Kegiatan Bertani di Skeolah (iden.web.id) |
Sandang, saya ajak anak-anak berkarya dengan kain. Seperti merajut, mengolah pola, menjahit, dll karena kelak mereka harus menutup tubuhnya dengan pakaian. Mereka harus bisa menyediakan minimal untuk dirinya. Minimal memasang kancing tidak harus ke tukang jahit, atau minimal menambal yang robek sedikit ia bisa solutif tanpa tergantung kepada pihak luar.
Saya ajak anak merajut dan ternyata ada banyak benefit yang didapatkan ketika anak merajut selain mengenalkan anak pada konsep sandang juga membuat anak lebih tenang dll.
Papan, dalam pemahaman filosofi menyediakan papan itu karena kelak anak-anak harus menyediakan rumah tinggal untuk keluarganya. Nah untuk ini saya ajak anak-anak untuk bermain kayu, bikin mainan kayu, bikin rumah pohon. Minimal, kelak jika mereka dewasa, dia bisa membetulkan jika ada furniture yang rusak dikit-dikit. Bisa menggunakan palu, bisa membetulkan genteng, bisa membetulkan pintu yang rusak tanpa dikit-dikit memanggil orang lain misalnya hanya untuk memasang jam dinding, dll.
Dan yang terakhir ini yang ingin saya bagikan praktiknya tentang menyediakan pangan. Pangan ini sudah disinggung sedikit di atas. Pengalaman berinteraksi dengan bidang pangan ini karena sebagai manusia kita hidup butuh daya dukung pangan yang memadai. Pertanian ini dengan sadar saya sedang mengajak anak-anak untuk mampu menyediakan makanan minimal untuk dirinya sendiri.
Pada praktiknya, selain belajar tentang geografi, matematika, biologi, sosiologi, sejarah, dan lainnya, saya mengajarkan hal mendasar kepada anak yaitu kesabaran, keuletan, dan sikap berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Saya senang bercerita ketika di ladang kepada anak-anak tentang seorang petani yang sabar, pantang menyerah, telaten, ulet, dan baik hati.
Di samping itu, saya ajak anak mengerti makna empati, bagaimana untuk menanam itu begitu butuh perjuangan waktu, menghalau penyakit pada tanaman, dan kita harus bersyukur ketika tanaman yang ditanam itu tumbuh dengan baik, menghasilkan buah, atau biji, atau umbi-umbian yang bisa kita nikmati.
Di samping itu, saya ajarkan tentang empati, bagaimana untuk menanam itu begitu butuh perjuangan waktu, menghalau penyakit pada tanaman, dan kita harus bersyukur ketika tanaman yang ditanam itu tumbuh dengan baik, menghasilkan buah, atau biji, atau umbi-umbian yang bisa kita nikmati.
Kalau ada yang dimakan tikus, hasil refleksi bersama siswa itu justru bukan penyesalan yang didapat tapi rasa syukur juga karena bisa berbagi dengan hewan di sekitar.
Nah, itulah cerita saya seputar keasyikan belajar di alam terbuka. Di ladang pertanian yang dikelola bersama-sama.
saya suka bertani sejak kecil, mengajar kan anak2 didik dengan pertanian itu bagus lho, biar mereka ga cuma inget soal teknolgi dan gadget aja
BalasHapus