Sebenarnya Buat Apa Sih Menulis?
“You know you're in love when you can't fall asleep because reality is finally better than your dreams.” (Dr. Seuss)
Ada pertanyaan yang tetiba saja muncul saat ini tentang menulis. Kenapa menulis, buat apa menulis, apa sih untungnya menulis. Saya tidak tahu jawabannya, ada banyak alasan dan mungkin karena banyak alasan ini membikin saya tidak mau mengambil salah satu jawaban saja. Saya ingin ada banyak jawaban. Namun, keinginan ini ternyata malah jadi bikin ribet sendiri. Gak tegas mengambil salah satu, biarkan saja! Jawaban saya demikian.
Kalau saya mengingat kembali ke belakang. Melihat beberapa tulisan di blog lama sampai ke awal-awal kala menulis begitu menggebu, ada banyak rasa yang berkumpul di situ. Mulai dari kualitas bahasan sampai kuantitas konten rasanya sangat beragam. Jika dikalkulasi, jumlah tulisan saya sekarang relatif lebih sedikit dibandingkan beberapa tahun ke belakang. Makin ke sini, keberanian untuk menuliskan segala sesuatu itu seperti butuh banyak dukungan baru menjadi. Jika tidak, butuh banyak pertimbangan kemudian baru saya sebarkan.
Makin mudah membaca karakter orang dari tulisan yang dipublikasi membuat saya berhati-hati jika harus menulis terutama bagian yang akan membuat orang bisa membaca karakter kita. Ini yang sulit dielakan jika tulisan sudah dibaca, dikunyah, dan dirasa-rasa sama orang lain yang membaca. Bolanya akan bergulir liar ke sana ke mari. Bukan lagi dalam kendali kita untuk memainkannya. Pembaca mudah menebak ke mana arah si penulis, siapa penulis dan mengapa ia menuliskan hal tersebut. Ngeri jika bola itu terpantul pada sisi-sisi yang membuat orang lain terusik.
Ah tapi selama saya yakin tidak menuliskan hal yang merugikan orang lain harusnya tidak ada ketakutan bola menggelinding ke sisi lain yang di luar dugaan kita. Eh tapi kalau terjadi ya hadapi saja. Sampai hari ini sih rasanya saya menulis masih dalam koridor yang terjaga. Hmmm maksudnya, saya menulis dengan penuh kesadaran bahwa tulisan ini dibuat untuk tujuan baik. Baik untuk diri saya. Saya utamakan diri saja dulu sebelum saya utamakan siapa yang akan membacanya.
Saya membaca tulisan lawas dan rasa-rasanya di situ saya menemukan masa untuk keluar dari keterikatan saya pada kondisi yang tidak mengenakan. Jatuh cinta, patah hati, ingat seseorang, diganggu malam-malam, perjalanan, kesan kecil, pengalaman tak penting, saya tuliskan sebagai bagian utuh agar saya bisa memprosesnya dengan baik di dalam diri dan mengalirkannya sebaik saya memprosesnya.
Mengalirkannya, saya selalu ingat air jika berhubungan dengan mengalirkan ini itu. Saya hanya bayangkan jika saya adalah sebuah air yang mengisi dan memberikan kesegaran pada siapapun di dunia ini agar hidup dalam harmoni dan keindahan. Eh asal tidak dicemari oleh limbah-limbah pabrik saja, air akan tetap segar. Limbah yang mengotori ini mungkin sifat-sifat buruk manusia seperti pikiran negatif, fanatisme, sinisme, kalau sekarang tambah lagi nyinyirisme. Semoga limbah itu hilang dari dalam diri sehingga air kehidupan bisa terjaga dengan baik.
Pada satu masa, saya menuliskan filosofi air. Saya cantumkan kembali di sini:
Filosofi Air
(Tao Te Ching)
air bersifat mengalah
namun selalu tidak pernah kalah
air mematikan api dan membersihkan kotoran
kalau merasa sekiranya akan dikalahkan
air meloloskan diri dalam bentuk uap
dan kembali mengembun
air merapuhkan besi sehingga hancur menjadi abu
bilamana bertemu batu arang, dia akan berbelok
untuk kemudian meneruskan perjalanannya kembali
air membuat jernih udara sehingga angin menjadi mati
air memberikan jalan pada hambatan
dengan segala kerendahan hati
karena dia sadar bahwa tak ada satu kekuatan apapun
yang dapat mencegah perjalanannya menuju lautan
air menang dengan mengalah, dia tak pernah menyerang
namun selalu menang pada akhir perjuangannya.
Saya sadar kemudian, kenapa setiap kali ada pertanyaan yang muncul dan kesulitan mendapatkan jawabannya saya bayangkan saja sebagai air yang terus berusaha mencari celah-celah kecil sekalipun untuk terus mengalir. Waktu mengikuti Waldorf Grade School Teacher Training, guru saya mengatakan: "Its good to life with question even you don't understood' Yaaa alirkan saja, nanti juga akan ketemu jawabannya. Jika hari ini saya banyak sekali pertanyaan, hmmm enggak banyak juga sih tapi ada satu pertanyaan misteri yang terus menghantui, jawabannya alirkan saja. Biarkan saja terus jadi pertanyaan misterius.
Lalu sebenarnya buat apa sih saya menulis? Tak tahu! Saya tidak tahu sebenarnya buat apa saya menulis sebelumnya sampai tulisan ini mau diakhiri pun saya belum menemukan jawaban. Mungkin ini juga pertanyaan misterius yang cukup alirkan saja. Kelak, saya akan tahu jawabannya. Iyah kelak, bukan sekarang, bukan saat ini. Biarkan saja mengalir.
Ada pertanyaan yang tetiba saja muncul saat ini tentang menulis. Kenapa menulis, buat apa menulis, apa sih untungnya menulis. Saya tidak tahu jawabannya, ada banyak alasan dan mungkin karena banyak alasan ini membikin saya tidak mau mengambil salah satu jawaban saja. Saya ingin ada banyak jawaban. Namun, keinginan ini ternyata malah jadi bikin ribet sendiri. Gak tegas mengambil salah satu, biarkan saja! Jawaban saya demikian.
Kalau saya mengingat kembali ke belakang. Melihat beberapa tulisan di blog lama sampai ke awal-awal kala menulis begitu menggebu, ada banyak rasa yang berkumpul di situ. Mulai dari kualitas bahasan sampai kuantitas konten rasanya sangat beragam. Jika dikalkulasi, jumlah tulisan saya sekarang relatif lebih sedikit dibandingkan beberapa tahun ke belakang. Makin ke sini, keberanian untuk menuliskan segala sesuatu itu seperti butuh banyak dukungan baru menjadi. Jika tidak, butuh banyak pertimbangan kemudian baru saya sebarkan.
Makin mudah membaca karakter orang dari tulisan yang dipublikasi membuat saya berhati-hati jika harus menulis terutama bagian yang akan membuat orang bisa membaca karakter kita. Ini yang sulit dielakan jika tulisan sudah dibaca, dikunyah, dan dirasa-rasa sama orang lain yang membaca. Bolanya akan bergulir liar ke sana ke mari. Bukan lagi dalam kendali kita untuk memainkannya. Pembaca mudah menebak ke mana arah si penulis, siapa penulis dan mengapa ia menuliskan hal tersebut. Ngeri jika bola itu terpantul pada sisi-sisi yang membuat orang lain terusik.
Ah tapi selama saya yakin tidak menuliskan hal yang merugikan orang lain harusnya tidak ada ketakutan bola menggelinding ke sisi lain yang di luar dugaan kita. Eh tapi kalau terjadi ya hadapi saja. Sampai hari ini sih rasanya saya menulis masih dalam koridor yang terjaga. Hmmm maksudnya, saya menulis dengan penuh kesadaran bahwa tulisan ini dibuat untuk tujuan baik. Baik untuk diri saya. Saya utamakan diri saja dulu sebelum saya utamakan siapa yang akan membacanya.
Saya membaca tulisan lawas dan rasa-rasanya di situ saya menemukan masa untuk keluar dari keterikatan saya pada kondisi yang tidak mengenakan. Jatuh cinta, patah hati, ingat seseorang, diganggu malam-malam, perjalanan, kesan kecil, pengalaman tak penting, saya tuliskan sebagai bagian utuh agar saya bisa memprosesnya dengan baik di dalam diri dan mengalirkannya sebaik saya memprosesnya.
Mengalirkannya, saya selalu ingat air jika berhubungan dengan mengalirkan ini itu. Saya hanya bayangkan jika saya adalah sebuah air yang mengisi dan memberikan kesegaran pada siapapun di dunia ini agar hidup dalam harmoni dan keindahan. Eh asal tidak dicemari oleh limbah-limbah pabrik saja, air akan tetap segar. Limbah yang mengotori ini mungkin sifat-sifat buruk manusia seperti pikiran negatif, fanatisme, sinisme, kalau sekarang tambah lagi nyinyirisme. Semoga limbah itu hilang dari dalam diri sehingga air kehidupan bisa terjaga dengan baik.
Pada satu masa, saya menuliskan filosofi air. Saya cantumkan kembali di sini:
Filosofi Air
(Tao Te Ching)
air bersifat mengalah
namun selalu tidak pernah kalah
air mematikan api dan membersihkan kotoran
kalau merasa sekiranya akan dikalahkan
air meloloskan diri dalam bentuk uap
dan kembali mengembun
air merapuhkan besi sehingga hancur menjadi abu
bilamana bertemu batu arang, dia akan berbelok
untuk kemudian meneruskan perjalanannya kembali
air membuat jernih udara sehingga angin menjadi mati
air memberikan jalan pada hambatan
dengan segala kerendahan hati
karena dia sadar bahwa tak ada satu kekuatan apapun
yang dapat mencegah perjalanannya menuju lautan
air menang dengan mengalah, dia tak pernah menyerang
namun selalu menang pada akhir perjuangannya.
Saya sadar kemudian, kenapa setiap kali ada pertanyaan yang muncul dan kesulitan mendapatkan jawabannya saya bayangkan saja sebagai air yang terus berusaha mencari celah-celah kecil sekalipun untuk terus mengalir. Waktu mengikuti Waldorf Grade School Teacher Training, guru saya mengatakan: "Its good to life with question even you don't understood' Yaaa alirkan saja, nanti juga akan ketemu jawabannya. Jika hari ini saya banyak sekali pertanyaan, hmmm enggak banyak juga sih tapi ada satu pertanyaan misteri yang terus menghantui, jawabannya alirkan saja. Biarkan saja terus jadi pertanyaan misterius.
Lalu sebenarnya buat apa sih saya menulis? Tak tahu! Saya tidak tahu sebenarnya buat apa saya menulis sebelumnya sampai tulisan ini mau diakhiri pun saya belum menemukan jawaban. Mungkin ini juga pertanyaan misterius yang cukup alirkan saja. Kelak, saya akan tahu jawabannya. Iyah kelak, bukan sekarang, bukan saat ini. Biarkan saja mengalir.
Sebenarnya Buat Apa Sih Menulis? (dok. Iden.web.id) |
Semangat menulisnya,, gan
BalasHapusKata-katanya Indah..
ya, ungkapan hati sekarang terlihat dalam tulisannya
BalasHapussaya nulis karena ingin berbagi, nulis juga bisa menerapi diri saya sendiri, kdang kalau udah nulis lupa sama yang lainnya, jadi asyik sendiri.
BalasHapusSering juga saya baca tulisan2 lama saya di blog, wahhh ga nyangka saya bisa nulis sebagus ini, saya enjoy dengan tulisan saya, semoga saja orang lain juga begitu.
Kalo menurutku sih karena menulis (dan ngeblog) itu seni ya gimana sih kayak orang seni macam musisi, penyanyi, dll. Mereka kan kalo mau terkenal ya bagusin kualitas karya. Maka, setiap huruf mereka akan selalu menikmatinya
BalasHapuscmmiw