Begini Cara Guru Melindungi Privasi Anak Didik
Guru,
Inspirasi,
Media Sosial,
pendidikan,
Pendidikan Holistik,
Pendidikan Indonesia,
Pendidikan Waldorf
"Where is the book in which the teacher can read about what teaching is? The children themselves are this book. We should not learn to teach out of any book other than the one lying open before us and consisting of the children themselves." Rudolf Steiner
Untuk kebutuhan marketing sekolah misalnya, kelompok pro sangat berkepentingan menyebarkan konten kegiatan anak di sekolah. Semakin banyak yang mengakses maka semakin besar nilai market sekolah tersebut di masyarakat.
Buat kelompok yang kontra, masalah utama publikasi misalnya bukan sekadar di media sosial tapi dalam idealisme yang dibawa oleh sekolah tersebut. Media sosial rentan pemutarbalikan fakta, hoax, dan penyalahgunaan informasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Maka, berhati-hati dengan media sosial menjadi wajib hukumnya.
Di sisi lain ada kelompok yang mengambil jalan tengah yakni membolehkan guru memublikasi di media sosialnya dengan catatan tidak menunjukan jelas wajah anak didiknya. Saya termasuk di bagian tengah ini. Saya minta izin siswa juga orang tua kalau mau posting foto yang menyangkut anak. Jikapun ada wajah anak yang terekam, saya pastikan informasi yang bersifat pribadi tidak akan muncul. Misalnya nama jelas anak, alamat, nama sekolah, dan informasi lainnya. Khawatir jika ada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab kemudian mengambil data tersebut untuk kepentingan yang tidak baik.
Posting Foto Anak
Mari kita tinjau aturan yang ada di luar negeri. Di beberapa negara Eropa misalnya, mereka terang-terangan melarang siapapun yang memublikasi foto anak. Jangankan anak didik, anak sendiripun dilarang. Jika dilakukan tanpa izin, seorang anak bisa menggugat seorang yang memostingnya di media sosial. Ini dilakukan untuk melindungi privasi seorang anak. Mereka menghargai pribadi-pribadi sejak dini. Selain masalah keamanan, guru, orangtua harus menghormati privasi anak. Sebut saja di Perancis, bahkan orangtua bisa dihukum penjara dan denda sampai 67.000 dollar AS jika mengunggap foto anaknya tanpa persetujuan.
Contoh Baik Jika Mau Posting Kegiatan Kelas
Di sebuah media sosial, saya menemukan bagaimana mereka tetap memosting foto kegiatan di sekolah dengan baik. Yakni menutupi wajah anak dengan emoticon.
Yuk kita lihat lebih jelas agar kita bisa belajar bagaimana seorang guru tetap bisa berbagi cerita dengan tetap menghargai privasi anak didiknya!
Add caption |
Ini foto bagian depan anak didiknya yang ia tutupi dengan emoticon!
memakai emoticon |
Ini proses belajar yang ia bagikan di media sosial.
succes criteria |
Beberapa guru termasuk saya, senang menulis dan menceritakan proses belajar anak di sekolah. Agar keinginan berbagi ini tetap jalan maka salah satu solusi yang bisa diambil adalah cara yang dilakukan guru di atas. Menutup wajah siswanya dengan emoticon. Nah buat saya, biasanya mengambil foto dari kejauhan itu sudah cukup.
Demikianlah, kita tidak bisa pungkiri jika sekarang setiap orang seolah sangat ingin membagikan hal-hal yang terjadi di sekolah atau di kelasnya. Guru sudah memegang kamera di telepon pintarnya masing-masing. Setiap waktu ketika menemukan kesempatan menarik bersama anak didiknya seolah sayang dilewatkan. Namun kita tetap harus sadar diri bahwa tidak semua orang mengambil hal positif dari kegiatan yang dibagikan.
Publikasi kepada orang tua via group chatting khusus mungkin lebih baik dibandingkan dengan posting di media sosial. Itu juga tetap harus bisa mengatur ritmenya agar 'the suprise moment' selama anak bergiat dengan kita terus terjaga. Kan gak seru jika orang tua harus mengontrol setiap waktu kegiatan anaknya di sekolah!
Follow twitter @idenide untuk hal-hal menarik lainnya seputar pendidikan, traveling, dan kehidupan
Hi kak
BalasHapusMakasih ya informasinya saya jadi bisa ini sangat bermanfaat sekali bagi kita semua tentang pentingnya melindungi privasi perkenalkan saya Augien Desvarendy Fhadellya (1722500141) matakuliah komputer dan masyarakat (si5a) dari Atma Luhur kunjungi juga website kami https://www.atmaluhur.ac.id
Terimakasih kak artikelnya sangat bermanfaat, sukses selalu dan ditunggu artikel selanjutnya.
BalasHapusperkenalkan nama saya Sarwono dari ISB Atma Luhur Pangkalpinang.
Guru memang orangtua kedua buat anak-anak. jadi saya sangat setuju dengan artikel diatas yang menjelaskan cara melindungi Privasi anak didik. terimakasih ya kak artikelnya semoga sukses selalu perkenalkan nama saya farah regita dari ISB Atma Luhur. website Kampus kami https://www.atmaluhur.ac.id
BalasHapus