Belajar Legowo Menerima Kekalahan Itu Penting!
"In a democracy, someone who fails to get elected to office can always console himself with the thought that there was something not quite fair about it." (Thucydides, History of the Peloponnesian War)
Kualitas pemimpin dapat dilihat salah satunya dari cara ia menerima kekalahan. Karena ini yang paling sulit diterima oleh pemimpin di mana pun terutama mereka yang sering dielu-elukan banyak orang.
Penting buat setiap guru di sekolah untuk mampu menjadi seorang pemimpin sejati dengan mengajarkan bagaimana menerima kekalahan. Terlebih dahulu untuk dirinya. Kala guru kecewa karena tidak mendapatkan hal yang diinginkannya, ya sudah terima saja. Ridho saja, bahwa segalanya akan baik jika diterima dengan lapang dada.
Sayangnya sistem pendidikan kita mengenal remidial. Alhasil, jika dalam satu ujian kemudian hasil tak sesuai harapannya, mereka akan ambil remidial. Lalu jika masih belum sesuai, ambil lagi remidial. Remidial lagi remidial lagi sampai mendapatkan nilai sesuai harapannya.
Efek negatif remidial ini seperti mendidik sedari awal seorang anak didik untuk bersikap menyepelekan. "Tenang saja, ada remidial!" Jika demikian ya sudah, sikap mental yang terbangun akan demikian seterusnya. Lebih jauh dari itu, ia tidak akan menerima kekalahan dalam dirinya.
Makin berat mengajak anak didik belajar legowo.
Saya mengalami banyak kekalahan dalam hidup. Disepelekan, dihina, dicurangi, hingga hal ini membuat saya tahu betapa sulitnya menerima kekalahan.
Saya masih ingat waktu mendapatkan nilai D salah satu mata kuliah. Saya mikir berulangkali, kenapa saya mendapatkan D dalam mata kuliah ini? Ambil remidial jangan ya? Setelah ditimbang, saya putuskan bahwa saya akan membiarkan nilai D tersebut terpampang dalam transkrip nilai.
Pikiran saya hanya satu, ya kurva itu kalau lurus gak enak dilihat. Pelangi itu terlihat baik kalau warna-warni. Nilai saya, A, B, C, D berarti lengkap abjadnya. Gak melulu A semua, atau B semua, atau C semua.
Pada akhirnya, saya bersyukur karena dikasih nilai D. Gegara mata kuliah itu, saya belajar menerima kenyataan tidak seindah harapan. Namun, keindahan karena menerima kenyataan demikian itu ternyata lebih indah dari harapan semula.
Kembali ke sikap pemimpin, saya akan selalu mengingat ini dalam setiap perkara yang sulit. Kutipan sebuah ayat, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216).
Apapun hasilnya, mari kita jalan-jalan! Matak pasea, mending liburan!
Kualitas pemimpin dapat dilihat salah satunya dari cara ia menerima kekalahan. Karena ini yang paling sulit diterima oleh pemimpin di mana pun terutama mereka yang sering dielu-elukan banyak orang.
Penting buat setiap guru di sekolah untuk mampu menjadi seorang pemimpin sejati dengan mengajarkan bagaimana menerima kekalahan. Terlebih dahulu untuk dirinya. Kala guru kecewa karena tidak mendapatkan hal yang diinginkannya, ya sudah terima saja. Ridho saja, bahwa segalanya akan baik jika diterima dengan lapang dada.
Sayangnya sistem pendidikan kita mengenal remidial. Alhasil, jika dalam satu ujian kemudian hasil tak sesuai harapannya, mereka akan ambil remidial. Lalu jika masih belum sesuai, ambil lagi remidial. Remidial lagi remidial lagi sampai mendapatkan nilai sesuai harapannya.
Efek negatif remidial ini seperti mendidik sedari awal seorang anak didik untuk bersikap menyepelekan. "Tenang saja, ada remidial!" Jika demikian ya sudah, sikap mental yang terbangun akan demikian seterusnya. Lebih jauh dari itu, ia tidak akan menerima kekalahan dalam dirinya.
Makin berat mengajak anak didik belajar legowo.
Saya mengalami banyak kekalahan dalam hidup. Disepelekan, dihina, dicurangi, hingga hal ini membuat saya tahu betapa sulitnya menerima kekalahan.
Saya masih ingat waktu mendapatkan nilai D salah satu mata kuliah. Saya mikir berulangkali, kenapa saya mendapatkan D dalam mata kuliah ini? Ambil remidial jangan ya? Setelah ditimbang, saya putuskan bahwa saya akan membiarkan nilai D tersebut terpampang dalam transkrip nilai.
Pikiran saya hanya satu, ya kurva itu kalau lurus gak enak dilihat. Pelangi itu terlihat baik kalau warna-warni. Nilai saya, A, B, C, D berarti lengkap abjadnya. Gak melulu A semua, atau B semua, atau C semua.
Pada akhirnya, saya bersyukur karena dikasih nilai D. Gegara mata kuliah itu, saya belajar menerima kenyataan tidak seindah harapan. Namun, keindahan karena menerima kenyataan demikian itu ternyata lebih indah dari harapan semula.
Kembali ke sikap pemimpin, saya akan selalu mengingat ini dalam setiap perkara yang sulit. Kutipan sebuah ayat, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216).
Apapun hasilnya, mari kita jalan-jalan! Matak pasea, mending liburan!
0 Response to "Belajar Legowo Menerima Kekalahan Itu Penting!"
Posting Komentar