Meragukan Tulisan Prof Agus Tentang Mematahkan Mitos NEM, IPK, dan Rangking
Sebenarnya tidak ada maksud apa-apa selain mengkritisi sebuah pesan berantai yang entah dari mana ujungnya.
Niat baiknya harus saya apresiasi tapi karena membawa Prof Agus membuat saya ingat kepada beberapa nama Agus yang pernah ada dalam kehidupan saya. Ditulisan yang sangat tidak jelas tersebut secara serampangan menuliskan nama Prof Agus. Entah Agus mana yang dimaksud tapi saya mencoba mengerti saja bahwa kalau ditulis oleh seorang Profesor biasanya mungkin akan dibaca tuntas tulisannya dan didengarkan nasihatnya.
Saya cantumkan dulu tulisan Prof Agus tersebut biar utuh di sini tanpa saya kurangi sedikit pun.
..........................
Mematahkan Mitos NEM, IPK dan Ranking
Oleh : Prof Agus
Ada 3 hal ternyata tdk terlalu berpengaruh terhadap *kesuksesan* yaitu: *NEM, IPK dan rangking*
Saya mengarungi pendidikan selama 22 tahun (1 tahun TK, 6 tahun SD, 6 tahun SMP-SMA, 4 tahun S1, 5 tahun S2 & S3)
Kemudian sy mengajar selama 15 tahun di universitas di 3 negara maju (AS, Korsel, Australia) dan juga di tanah air.
Saya menjadi saksi betapa *tidak relevannya ketiga konsep di atas* terhadap kesuksesan.
Ternyata sinyalemen saya ini didukung oleh riset yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley yang memetakan 100 faktor yang berpengaruh terhadap *tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan survey terhadap 733 millioner di US*
Hasil penelitiannya ternyata nilai yang baik (yakni NEM, IPK dan rangking) *hanyalah faktor sukses urutan ke 30*
*Sementara faktor IQ pada urutan ke-21*
*Dan bersekolah di universitas/sekolah favorit di urutan ke-23.*
Jadi saya ingin mengatakan secara sederhana: Anak anda nilai raport nya rendah *Tidak masalah.*
NEM anak anda tidak begitu besar?
Paling banter akibatnya tidak bisa masuk sekolah favorit.
*Yang menurut hasil riset, tidak terlalu pengaruh thdp kesuksesan*
*Lalu apa faktor yang menentukan kesuksesan seseorang itu ?*
Menurut riset Stanley berikut ini adalah *sepuluh faktor teratas yang akan mempengaruhi kesuksesan:*
1. *Kejujuran* (Being honest with all people)
2. *Disiplin keras* (Being well-disciplined)
3. *Mudah bergaul atau friendly* (Getting along with people)
4. *Dukungan pendamping* (Having a supportive spouse)
5. *Kerja keras* (Working harder than most people)
6. *Kecintaan pada yang dikerjakan* (Loving my career/business)
7. *Kepemimpinan* (Having strong leadership qualities)
8. *Kepribadian kompetitif* atau mampu berkompetisi (Having a very competitive spirit/personality)
9. *Hidup teratur* (Being very well-organized)
10. *Kemampuan menjual ide* atau kreatif / inovatif (Having an ability to sell my ideas/products)
Hampir kesemua faktor ini tidak terjangkau dengan NEM dan IPK.
Dalam kurikulum semua yg ditulis diatas itu dikategorikan sbg *softskill.*
Biasanya peserta didik memperolehnya dari kegiatan di ekstra-kurikuler.
Mengejar kecerdasan akademik semata hanya akan menjerumuskan diri sendiri secara nyata. Kejarlah kecerdasan spiritual, agama, ..., maka kecerdasan lain akan mengikuti dan kesuksesan ada di depan mata..., semoga sukses selalu utk anak² kita..
Aamiin 3x
Dari para ortu untuk para ortu , juga sebagai pendamping Jam Belajar Masyarakat.
Please share to all students
Thank you.
..................................................................
Nah, saya penasaran pada Thomas J Stanley. Ia adalah seorang motivator dengan beberapa buku yang ditulisnya. Karena rasa penasaran tersebut kemudian saya cari tulisan dia, hasilnya mirip dengan apa yang ditulis oleh Prof Agus dengan beberapa modifikasi pada bagian 10 faktor tersebut.
Prof Agus menuliskan kembali Thomas J Stanley mungkin karena ia merasa itulah yang lebih penting dibandingkan dengan NEM dan IPK atau nilai lainnya.
Saya bersepakat untuk hal yang ia kutip dari Thomas J Stanley, sayangnya saya tidak bersepakat dengan Prof Agus yang tidak jelas dari mana orangnya. Kalau mau menuliskan atau meneruskan pesan penting 10 hal tersebut tersebut, ya tuliskan saja. Jika pun benar yang menulis adalah Prof Agus, saya menyangsikan seorang profesor menulis dengan kosa kata atau struktur penulisan yang tidak benar.
Misalnya dalam tuliskan tersebut ia menulis singkatan seperti tidak menjadi tdk, yang menjadi yg, anak-anak menjadi anak2 dan masih banyak lagi. Di akhir juga menjadi sangsi ragu karena polanya seperti tulisan umum pada informasi hoax. Misalnya menulis amin 3X dan meminta disebarkan kembali pada yang lain diluar pesannya yang baik.
Kalau menurut saya, pesan baik tanpa diminta disebarkan pun akan disebarulangkan lagi oleh yang lain.
Namun apapun itu, saya suka pada ajakan ini. Semoga banyak orang tua yang bisa melihat sisi lain pendidikan bahwa pendidikan bukan sekadar mengejar nilai angka tapi lebih dari itu mengalami proses kehidupan di sekolah.
Niat baiknya harus saya apresiasi tapi karena membawa Prof Agus membuat saya ingat kepada beberapa nama Agus yang pernah ada dalam kehidupan saya. Ditulisan yang sangat tidak jelas tersebut secara serampangan menuliskan nama Prof Agus. Entah Agus mana yang dimaksud tapi saya mencoba mengerti saja bahwa kalau ditulis oleh seorang Profesor biasanya mungkin akan dibaca tuntas tulisannya dan didengarkan nasihatnya.
Saya cantumkan dulu tulisan Prof Agus tersebut biar utuh di sini tanpa saya kurangi sedikit pun.
..........................
Mematahkan Mitos NEM, IPK dan Ranking
Oleh : Prof Agus
Ada 3 hal ternyata tdk terlalu berpengaruh terhadap *kesuksesan* yaitu: *NEM, IPK dan rangking*
Saya mengarungi pendidikan selama 22 tahun (1 tahun TK, 6 tahun SD, 6 tahun SMP-SMA, 4 tahun S1, 5 tahun S2 & S3)
Kemudian sy mengajar selama 15 tahun di universitas di 3 negara maju (AS, Korsel, Australia) dan juga di tanah air.
Saya menjadi saksi betapa *tidak relevannya ketiga konsep di atas* terhadap kesuksesan.
Ternyata sinyalemen saya ini didukung oleh riset yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley yang memetakan 100 faktor yang berpengaruh terhadap *tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan survey terhadap 733 millioner di US*
Hasil penelitiannya ternyata nilai yang baik (yakni NEM, IPK dan rangking) *hanyalah faktor sukses urutan ke 30*
*Sementara faktor IQ pada urutan ke-21*
*Dan bersekolah di universitas/sekolah favorit di urutan ke-23.*
Jadi saya ingin mengatakan secara sederhana: Anak anda nilai raport nya rendah *Tidak masalah.*
NEM anak anda tidak begitu besar?
Paling banter akibatnya tidak bisa masuk sekolah favorit.
*Yang menurut hasil riset, tidak terlalu pengaruh thdp kesuksesan*
*Lalu apa faktor yang menentukan kesuksesan seseorang itu ?*
Menurut riset Stanley berikut ini adalah *sepuluh faktor teratas yang akan mempengaruhi kesuksesan:*
1. *Kejujuran* (Being honest with all people)
2. *Disiplin keras* (Being well-disciplined)
3. *Mudah bergaul atau friendly* (Getting along with people)
4. *Dukungan pendamping* (Having a supportive spouse)
5. *Kerja keras* (Working harder than most people)
6. *Kecintaan pada yang dikerjakan* (Loving my career/business)
7. *Kepemimpinan* (Having strong leadership qualities)
8. *Kepribadian kompetitif* atau mampu berkompetisi (Having a very competitive spirit/personality)
9. *Hidup teratur* (Being very well-organized)
10. *Kemampuan menjual ide* atau kreatif / inovatif (Having an ability to sell my ideas/products)
Hampir kesemua faktor ini tidak terjangkau dengan NEM dan IPK.
Dalam kurikulum semua yg ditulis diatas itu dikategorikan sbg *softskill.*
Biasanya peserta didik memperolehnya dari kegiatan di ekstra-kurikuler.
Mengejar kecerdasan akademik semata hanya akan menjerumuskan diri sendiri secara nyata. Kejarlah kecerdasan spiritual, agama, ..., maka kecerdasan lain akan mengikuti dan kesuksesan ada di depan mata..., semoga sukses selalu utk anak² kita..
Aamiin 3x
Dari para ortu untuk para ortu , juga sebagai pendamping Jam Belajar Masyarakat.
Please share to all students
Thank you.
..................................................................
Meragukan Tulisan Prof Agus Tentang Mematahkan Mitos NEM, IPK, dan Rangking |
Nah, saya penasaran pada Thomas J Stanley. Ia adalah seorang motivator dengan beberapa buku yang ditulisnya. Karena rasa penasaran tersebut kemudian saya cari tulisan dia, hasilnya mirip dengan apa yang ditulis oleh Prof Agus dengan beberapa modifikasi pada bagian 10 faktor tersebut.
Prof Agus menuliskan kembali Thomas J Stanley mungkin karena ia merasa itulah yang lebih penting dibandingkan dengan NEM dan IPK atau nilai lainnya.
Saya bersepakat untuk hal yang ia kutip dari Thomas J Stanley, sayangnya saya tidak bersepakat dengan Prof Agus yang tidak jelas dari mana orangnya. Kalau mau menuliskan atau meneruskan pesan penting 10 hal tersebut tersebut, ya tuliskan saja. Jika pun benar yang menulis adalah Prof Agus, saya menyangsikan seorang profesor menulis dengan kosa kata atau struktur penulisan yang tidak benar.
Salinan teks yang beredar luas |
Misalnya dalam tuliskan tersebut ia menulis singkatan seperti tidak menjadi tdk, yang menjadi yg, anak-anak menjadi anak2 dan masih banyak lagi. Di akhir juga menjadi sangsi ragu karena polanya seperti tulisan umum pada informasi hoax. Misalnya menulis amin 3X dan meminta disebarkan kembali pada yang lain diluar pesannya yang baik.
Kalau menurut saya, pesan baik tanpa diminta disebarkan pun akan disebarulangkan lagi oleh yang lain.
Namun apapun itu, saya suka pada ajakan ini. Semoga banyak orang tua yang bisa melihat sisi lain pendidikan bahwa pendidikan bukan sekadar mengejar nilai angka tapi lebih dari itu mengalami proses kehidupan di sekolah.
Saya sebagai tenaga pengajar kurang setuju dengan broadcast ini.Seumpama yang membaca adalah pelajar, dikhawatirkan mengurangi motivasi untuk mendapatkan nilai bagus.
BalasHapusAda hal lain lagi yang menjadi faktor penentu juga yang barangkali terlewat oleh si penulis. Dan itu adalah "ridho si pemberi ilmu" dan itu berdasar dari 1faktor diatas.
Terima kasih banyak bu, saya juga pengajar. Broadcast ini sengaja saya ragukan biar banyak juga yang membaca lebih teliti dan fokus pada pembelajaran di kelasnya.
HapusYg dimaksud prof Agus itu adalah prof. Agus Budiyono.. sedangkan yg memposting tulisan hingga viral adalah bapak Agus Susilohadi (beliau adalah tokoh pendidikan yg peduli dengan daerah tertinggal).. bisa di cek postingan beliau di FB nya bulan Januari 2019.. sementara screenshoot yg anda dapatkan itu sudah banyak perubahan.. tulisan aslinya ada di postingan beliau tanggal 3 Januari..
BalasHapusKarena bapak Agus Susilohadi merupakan tokoh yg gencar dg pemerataan pendidikan, makanya banyak follower nya yg ikut menyebarkan tulisan beliau..
Agar lebih mengenal siapa prof Agus.. silahkan tabayyun ke bapak Agus Susilohadi..
Semoga informasi yg saya sampaikan, membantu menangkal persepsi hoax..
Terimakasih..
Alhamdulillah, terima kasih sudah memberitahu perihal penulis utama. Saya senang karena akhirnya keraguan saya terjawab. Insyaallah nanti saya tabayun kepada Bapak Agus Susilohadi. Tulisan ini saya angkat semata-mata demi mencari kebaikan agar kita terhindar dari kesalahan informasi. Misalnya tanpa dicerna terlebih dahulu langsung share kepada yang lain lewat media sosial.
HapusDemikian juga saya berterima kasih kepada semua, baik Prof Agus Budiyono maupun Bapak Agus Susilohadi, dan Bapak/ibu Anonim karena sudah berkenan memberikan jalan untuk mencari jawaban.
salam hormat
Prof Agus Budiyono adalah adik kelas saya di T. Mesin ITB, beliau angkatan 1987
HapusSebaiknya content tsb direvisi/edit. Siapa beliau banyak kok bisa digoogling
Artikel yg sungguh menarik. Sarat akan pesan tersirat.
BalasHapusSalam dari kami Catatan Adi
Terima kasih mas Adi
HapusTulisan saya banyak dipelintir, silakan baca tulisan asli di Facebook atau web saya kopichoy.com.
BalasHapusKalimat ini bukan kalimat saya, tapi editan dari oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Mengejar kecerdasan akademik semata hanya akan menjerumuskan diri sendiri secara nyata. Kejarlah kecerdasan spiritual, agama, ..., maka kecerdasan lain akan mengikuti dan kesuksesan ada di depan mata..., semoga sukses selalu utk anak² kita..
Aamiin 3x"
Sebagai penulis sebaiknya anfa juga melakukan riset dan merujuk tulisan utama atau tulisan asli.
kelihatan sekali dari segi bahasa nya. selain berantakan, tidak nyambung sama sekali dengan paragraf sebelumnya.
HapusProf Agus Budiyono yang saya hormati, terima kasih karena sudah berkenan memberikan komentar di artikel singkat ini. Sejatinya keraguan saya berawal dari pesan berantai yang khawatir semakin panjang semakin pudar pesan utamanya. Mohon izin untuk menyimpan link dari kopichoy[dot]com dalam artikel jawaban atas keraguan.
HapusTerima kasih
Salam hormat
Iden Wildensyah
Salam hormat Prof. Agus Budiyono. Saya berusaha mencari link tulisan asli bapak, tapi saya tidak bisa menemukannya. Bisa bapak bantu untuk memberikan link tulisan asli bapak?Terima kasih.
HapusSaya baru saja mengikuti seminar dengan narsum Prof Agus Budiyono.. keren... jadi mengingatkan saya perlu mengubah MINDSET..
BalasHapusdan saya dapat 2 buku beliau... Maturnuwun Prof... Tulisan yang menarik, dengan gaya bahasa yang mudah dipahami dan sarat makna. Luarrr biasa...
Anak dengan Nem dan IPK tinggi setidaknya sdh melakukan 10 point diatas. Bagaimana nem dan IPK tinggi kalau tidak kerja keras dan disiplin.
BalasHapus