Semangat Kolaborasi Dalam Pendidikan
"A healthy social life is found only, when in the mirror of each soul the whole community finds its reflection, and when in the whole community the virtue of each one is living." Rudolf Steiner
“The only person who is educated is the one who has learned how to learn …and change.”
Carl Rogers
Carl Rogers
Jika perubahan adalah esensi pendidikan, maka kolaborasi menjadi napas yang penting dalam menjaga keberlangsungan dari perubahan tersebut.
Kolaborasi sebagai lawan dari kompetisi. Kolaborasi mengedepankan kerjasama sementara kompetisi mengedepankan persaingan. Apakah kita tidak butuh persaingan? Dalam kadar tertentu kita butuh bersaing dengan yang lain agar mampu mengukur. Apapun yang baik untuk diukur, ditakar, dan dibandingkan. Namun, lebih dalam dari persaingan dengan pihak luar, ada yang lebih penting yakni berkompetisi dengan diri sendiri. Melihat ke dalam diri setiap hari tentang pencapaian, perubahan, dan hal lainnya yang dibutuhkan untuk menjadi diri yang lebih baik dari hari kemarin.
Ingatlah bahwa orang yang celaka adalah orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Orang yang merugi adalah orang yang hari ini sama dengan hari kemarin. Dan orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. Itu patokan persaingan dengan diri sendiri yang positif.
Tiga pilar penting dalam sebuah sekolah adalah lembaga, orang tua, dan guru. Semua harus bergerak selaras. Saling mendukung satu sama lain sehingga terjadi harmoni. Ketika satu peran dalam lingkaran pilar tersebut dominan, harus ada yang mampu merajut menjadi seimbang dengan pilar lainnya. Nah kita dalam komunitas sekolah ataupun keluarga ataupun lembaga, butuh para perajut untuk bisa mengendalikan dinamika yang terjadi.
Para perajut ini harus mampu menjadi penyeimbang sehingga jalannya sebuah komunitas sekolah bisa harmoni. Para perajut ini adalah titik tengahnya. Hatinya atau tempat feeling berada.
Di sekolah waldorf, keberadaan komunitas ini menjadi penting dalam menggerakkan sekolah. Keberadaan ini menjadi penopang bagi keberlangsungan sebuah sekolah. Merawat kolaborasi dalam komunitas ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pegiatnya. Lembaga yang menaungi, orang tua yang mendukung, dan para guru yang bergiat bersama siswa secara sehat akan membuat jalinan ketiga pilar tersebut berjalan selaras.
Tugas guru di sekolah adalah meyakinan anak sehat. Dengan ritme yang dijalankan, program yang diselaraskan, dan kegiatan lainnya di dalam kelas tujuan untuk membuat anak sehat. Sehingga pertumbuhan anak sesuai jenjangnya menjadi optimal. Anak bisa belajar dengan baik, anak bisa berinteraksi dengan asyik bersama temannya dan guru, bisa tercapai.
Sementara tugas dokter sekolah adalah meyakinan bahwa anak siap untuk belajar di sekolah.
Kembali ke kolaborasi, guru, dokter sekolah, orang tua, dan lembaga yang menaungi harus mampu menjalankan perannya sebaik-baiknya dengan kesadaran yang tinggi. Kesadaran ini haruslah dijadikan sebagai dasar semua pihak yang ada di dalamnya. Bahwa setiap laku yang ada dalam lingkaran sekolah adalah sebuah tugas mulia untuk mengantarkan anak mengetahui perannya di dunia ini. Kesadaran spiritual jauh lebih penting dan mendasar. Kesadaran spiritual ini yang menggerakkan setiap orang dalam setiap laku.
Kegiatan Study Group di Sekolah Arunika Waldorf |
0 Response to "Semangat Kolaborasi Dalam Pendidikan"
Posting Komentar