Khawatir Hilang Jaringan Di Tengah Pandemi Covid-19
"You will not be good teachers if you focus only on what you do and not upon who you are." Rudolf Steiner
Dalam diskusi Kerja Barengan yang dilaksanakan Kampus Guru Cikal, di antara pertanyaan yang menarik adalah bagaimana pendapatnya tentang rasa kekhawatiran hilang jaringan atau menjauhnya anak dengan teknologi sementara di saat sekarang ketika kondisi begini sangat dibutuhkan untuk belajar jarak jauh.
Pertanyaan ini sangat spesial buat saya. Terutama bagi para pegiat pendidikan waldorf yang seolah menghilangkan teknologi atau lebih tepatnya tidak mengenalkan teknologi pada usia dini. Di beberapa sekolah Waldorf di dunia yang terkena dampak Covid-19 ini saya amati beragam. Namun satu hal yang sama adalah semangat belajar yang tetap ditumbuhkan. Kehilangan kesempatan bertatap muka di kelas boleh saja terjadi tapi kehilangan semangat belajar, tidak boleh. Setiap guru memberikan pemelajaran jarak jauh yang sama menarik dan menantangnya. Mengirimkan material pembelajaran kepada orang tua. Mengirimkan surat kepada siswa dan orang tua untuk saling menyemangati satu sama lain. Menebarkan cinta untuk semua di tengah badai Corona saat ini.
Demikian juga dengan kondisi di Indonesia. Hampir setiap tempat melakukan Belajar Jarah Jauh lewat zoom, google classroom, dan media sosial lainnya. Semua melakukan tak terlepas di kota maupun daerah. Masalah muncul antara lain gap antara guru satu dengan guru lainnya yang memiliki keluasan jaringan dan fasilitas. Ada guru yang bisa dengan tenang menyampaikan materi dari rumah, ada yang terkendala jaringan dan fasilitas. Tidak semua guru memiliki kondisi yang sama, itu perlu dicatat.
Saya sangat senang dengan pertanyaan di atas. Buat saya, tidak ada rasa khawatir perihal hilangnya jaringan ini. Yang membuat saya khawatir hanya hilangnya semangat belajar dari orang-orang terdekat dengan siswanya. Guru yang kehilangan motivasi untuk memberikan pembelajaran, orang tua yang tidak punya waktu dalam mendampingi anaknya di rumah. Itu yang lebih bikin khawatir.
Kekuatan semangat belajar memberdayakan potensi yang ada di wilayah sekitar murni harus dimiliki. Indonesia yang luas ini tidak bisa dijangkau dengan pendekatan Jakarta. Bisa jadi kehilangan jaringan justru membuat potensi daerah akan menguat selama semangat belajar tidak tergantung kepada Jakarta. Jakarta juga harus coba membuka mata bahwa tidak semua pendekatan belajar cara Jakarta bisa diterapkan di setiap daerah. Pendekatan teknologi boleh saja saat ini menjadi salah satu solusi di tengah keterbatasan ruang untuk bertemu tapi tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya solusi dalam menebarkan semangat merdeka belajar. Kiranya ini harus menjadi bagian yang harus diperhatikan oleh kementerian pendidikan nasional dan terutama Mas Menteri Nadiem Makarim.
Rasanya saya tetap berpegang pada keyakinan bahwa teknologi hanya alat manusia. Dia tidak akan menggantikan peran besar seorang guru di dalam kelas. Keteladanan, inspirasi, perasaan, pikiran, dan semangat belajar seorang guru tidak akan tergantikan oleh teknologi.
0 Response to "Khawatir Hilang Jaringan Di Tengah Pandemi Covid-19"
Posting Komentar