Cerita Legenda Empat Musim
Pada jaman dahulu kala, tidak ada musim dingin. Tidak ada musim semi, juga tidak ada musim gugur. Selalu musim panas. Setiap hari, matahari melintasi angkasa. Tak ada segumpal awan pun yang menutupinya. Rumput menjadi kering kecokelatan. Buah beri mengkerut kering di semak. Debu beterbangan di mana-mana.
"Tidak ada yang bisa dimakan," kata Kelinci.
"Tidak ada yang bisa diminum," kata Rusa.
"Terlalu panas," kata Beruang Kutub. "Tidak ada sepotong
es pun untuk diduduki."
"Panas sekali," kata Macan Gunung. "Kakiku luka karena panasnya batu-batu
ini. Kita harus melakukan sesuatu."
Mereka lalu mengirim pesan dalam potongan kulit
kayu. "Undangan rapat" tulis
mereka. Semua hewan darat datang. Burung-burung juga hadir. Api pertemuan
dinyalakan. Rapat pun dimulai.
Beruang Kutub berkata, "Kita harus pergi ke
negeri di langit. Dan bertemu dengan wanita tua yang tinggal di sana."
Para binatang setuju.
Burung Hantu pun mematikan api pertemuan.
"Bagaimana kita bisa pergi ke negeri di
langit?" tanya Kelinci.
"Ada jalannya," kata Rubah. Semua binatang mengikuti Rubah ke pinggir
laut. Mereka melihat jalan bercahaya
menuju angkasa. Rubah menunjukkan jalan. Hewan lain mengikuti. Mereka melangkah di atas jalan bercahaya
melewati beberapa Bulan.
Mereka meninggalkan Bumi. Kini hanya ada Bintang, Bulan, dan Matahari
di sekeliling mereka. Tidak ada sejumput
rumput kering pun. Tidak ada buah beri
yang kering di semak-semak. Hanya ada
matahari yang panas pada siang hari.
Sinar bintang dan bulan yang dingin pada malam hari.
Akhirnya para binatang tiba di sebuah padang rumput
yang membentang dari utara ke selatan, dan dari barat ke timur. Kemanapun mereka memandang, hanya padang
rumput yang terlihat. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah pondok milik wanita
tua. Wanita Langit.
"Beruang, bicaralah atas nama kita semua,"
kata para hewan darat.
"Burung Hantu akan berbicara atas nama
kita," kata para burung.
Mereka duduk membentuk lingkaran di depan pintu
pondok. Burung Hantu memanggil Wanita Langit. Tak lama kemudian, Wanita Langit
keluar. Ia lebih tua dari bumi. Lebih tua juga dari langit.
Beruang berkata,
"Bumi terlalu panas. Hanya ada rumput cokelat. Tidak ada air di
sungai. Dan hanya ada debu di udara."
Burung Hantu berkata, "Kami tidak bisa lagi tinggal
di bumi. Tidak ada yang dapat kami minum
atau makan. Bumi sudah terlalu
panas."
Wanita Langit merasa kasihan pada binatang darat dan
burung-burung. Ia kemudian masuk ke
pondok. Ketika keluar, ia berkata,
"Ambillah ini." Ia memberikan
masing-masing satu kantung pada Beruang, Burung Hantu, dan Kelinci. "Bawa ini ke bumi dan bukalah ketika
kalian tiba di desa kalian."
Binatang darat dan burung kembali melintasi padang
rumput. Turun melalui jalan
bercahaya. Mereka melewati banyak Bulan
dan tiba di desa mereka.
Beruang membuka kantungnya. Angin utara, selatan, timur dan barat, keluar
dari kantung itu. Mereka bertiup melalui rumput kering dan terdengar bunyi
gemerisik. Mereka bertiup melalui pohon-pohon sehingga daun-daun gugur.
Burung Hantu membuka kantungnya. Hujan dan kabut keluar dari kantung. Kabut berputar-putar di sekitar sarang-sarang
mereka. Angin mencairkan kabut itu. Burung-burung pun kembali ke sarang agar
tidak kehujanan. Kecuali kelinci. Kelinci membuka kantungnya. Salju keluar dari kantung itu. Salju yang lebat memenuhi udara dan
menyelimuti tanah.
Sejak saat itu,
musim dingin, semi dan gugur mulai dikenal.
Ketika musim panas, matahari menjadi
panas dan rumput kering. Namun, lalu datang angin, hujan, dan kabut.
Kemudian salju datang, dan berakhirlah musim panas. (Dongeng
Suku Chipewyan Indian, Amerika Utara)
Legenda Empat Musim |
0 Response to "Cerita Legenda Empat Musim "
Posting Komentar