Kisah Tupai Yang Suka Marah-Marah
Alkisah di sebuah hutan yang lebat, hidup seekor tupai di dalam pohon yang rindang. Pohon dengan daun yang lebat, batang-batang yang kokoh, serta ranting yang berderet rapi di atas. Tepat di sebuah lubang dekat batang pohon yang tengah, seekor tupai bersarang. Membuat rumah pohon yang nyaman. Sekilas tidak terlihat ada kehidupan. Tetapi di balik itu, di dalam pohon, sebuah rumah tupai begitu indah. Setiap ruangannya ditata dengan rapih. Setiap hari, tupai itu membersihkan ruangannya dengan baik.
Kisah Tupai Yang Suka Marah-Marah |
Sayangnya, ia terkenal sering marah-marah tidak jelas kepada
apapun benda atau mahluk hidup di depannya. Ia juga suka meledek dan
menyombongkan dirinya. Kalau ada barang yang jatuh, ia akan marahi. Kalau ada
barang yang tidak pada tempatnya, ia akan marah-marah dan meledek. Semua
temannya tidak suka pada dia karena sikap marah-marahnya yang tidak jelas.
Suatu hari, ia melihat pohon. Ia kemudian berkata
"hei, pohon kok kamu jelek. Rantingmu ke sana ke mari tidak
beraturan". Setelah itu ia bertemu dengan seekor gajah, "hei gajah,
kok badanmu gemuk. Gerakanmu tidak lincah!". Saat ia bertemu dengan
burung, ''hei burung, kamu jelek banget. Tanganmu kok begitu, cuma punya kaki,
yah?"
Semua yang ada dihadapannya selalu ia ledek dan ia
marahi. Ia merasa senang saat teman-temannya sedih. Sampai suatu hari, ia tidur
dan bermimpi. Dalam mimpi itu, ia sedang berada di sebuah tempat yang gersang.
tidak ada pohon satu pun. Ketika itu ia berjalan dan melihat ada sebuah pohon.
Ia hendak berteduh tapi pohon berkata, ''aku tidak mau meneduhimu, kamu sudah
sering berbuat tidak baik. Kamu tidak bersyukur bahkan pada pohon tempat
tinggalmu." Ia kemudian meneruskan perjalanan. Ia semakin kepanasan dan
kelelahan. Setelah lama berjalan ia bertemu seekor gajah. Kepada gajah itu ia
berkata, "hei gajah, bawa aku pergi dari sini. Aku haus dan ingin
minum." Gajah kemudian menjawab, "aku tidak mau membawamu ke tempat
yang banyak air, kamu sering meledek aku".
Ia semakin kepanasan dan kehausan. Sampai kemudian
ia melihat burung. Ia berpikir burung itu akan membantunya mencari air minum.
"Hei burung, bawa aku ke tempat yang banyak air minum." Lalu burung
itu berkata, "aku tidak mau menunjukan tempat yang banyak air dan pohon
kepadamu. Kamu sering meledek dan marah-marah tidak jelas."
Semakin lama semakin lemah tubuhnya. Ia pun
kemudian pingsan. Saat itu juga terbangun dari tidurnya. Ia kemudian melihat
sekelilingnya. Ia ternyata masih berada di rumah pohonnya. Ia merenungi
mimpinya. Tersadarlah ia bahwa selama ini ia tidak bersyukur atas semua yang sudah
ia dapatkan.
Sejak saat itu, tupai mulai mengubah semuanya. Ia
tidak lagi marah-marah dan tidak suka meledek. Ia banyak bersyukur kepada
semuanya. Ia melihat pohon dan tersenyum berterima kasih. Ia melihat gajah
kemudian meminta maaf dan merekapun berteman. Ia bertemu burung, ia menyapa dan
berterima kasih juga. Ia berubah menjadi tupai yang baik hati dan penuh syukur. (IDEN)
Bagus ceritanya, ada makna yg bis diambil. Kebetulan aku rutin bacain cerita ke anak2ku sebelum tidur. Kadang kalo udah abis bacain semua buku2 mereka ,aku jd improvisasi sendiri ceritanya, walo suka keabisan bahan cerita hahahaga
BalasHapusJadi cerita ini bisalah aku jadiin dongeng sebelum tidur nanti :)