Merindu Sawah dan Ladang
“The ultimate goal of farming is not the growing of crops, but the cultivation and perfection of human beings.” ― The One-Straw Revolution
Sudah lebih dari sebulan saya bergiat di sebuah sawah dan ladang. Sawahnya sekarang menguning. Ada butir-butir biji yang menggelayut dibatang padi. Ada kebahagian yang terpancar dari wajah penggarap lahan.
Bulir biji padi yang mulai muncul (dok. iden)
Tali dibentangkan dari satu sudut ke sudut lainnya untuk mengusir burung pipit dan ayam yang memakan biji-biji padi. Kaleng bekas kue disimpan diujung tali. Kelontrang-kelontrang! Demikian bunyi kaleng tersebut.
Di bagian atas, ladang yang ditanami berbagai sayuran sudah menunggu digarap lagi. Pakcoy baru saja dipanen. Kini giliran kacang panjang. Petak-petak di ladang yang tanahnya gembur itu sangat menanti setiap ayunan cangkul. Setiap ayunan seolah membawa doa dan harapan agar sayuran tumbuh dengan baik.
Sesiangan sampai pukul 11.00 saya berada di ladang tersebut. Saya membantu mang Akim mencangkul ladang. Ada kesenangan dan keasyikan yang saya rasakan ketika mencangkul. Seperti merindu sawah dan ladang yang dulu pernah saya cangkul.
0 Response to "Merindu Sawah dan Ladang"
Posting Komentar