Terima Kasih dan Selamat Jalan, Jokpin!
“Tuhan yang merdu, terimalah kicau burung dalam kepalaku” Joko Pinurbo.
Joko Pinurbo |
Hari ini, menjelang April berakhir, aku mendapat kabar kepergianmu
Di tengah hari yang kadang dingin kadang panasAku membaca beberapa buku puisimu
Dan sebuah buku novel karanganmu
Puisimu tampak sederhana namun penuh makna
Kadang aku berpikir untuk mencerna kesederhanaan yang ada dalam kata-katanya
Kadang aku tertawa ketika mengetahui hal yang tersembunyi dibalik syairmu
Kadang aku sedih ketika gak ngerti maksudnya apa syairmu itu
Kadang aku kecewa karena tiba-tiba bukunya sudah hampir habis kubaca padahal aku masih ingin berlama-lama hanyut dalam puisimu yang tak sederhana.
Kata-kata yang engkau rangkai akan selalu abadi sekalipun raga tak ada yang abadi.
Terima kasih dan selamat jalan, Jokpin
1. Jarak itu sebenarnya tak pernah ada. Pertemuan dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan.
2. Di bawah alismu hujan berteduh. Di merah matamu senja berlabuh.
3. Kupetik pipinya yang ranum, kuminum dukanya yang belum: Kekasihku, senja dan sendu telah diawetkan dalam kristal matamu.
4. Setelah punya rumah, apa cita-citamu? Kecil saja: Ingin sampai rumah saat senja, supaya saya dan senja sempat minum teh bersama di depan jendela.
5. Sudah lama telepon genggam saya mengenggam tangan saya. Genggamannya lebih kuat dari genggaman tangan saya padanya.
6. Bukankah wajah kita pun cuma topeng yang tak pernah sempurna mengungkapkan kehendak penciptanya?
7. hidup adalah pustaka cinta yang tak akan habis dibaca.
8. Aku ingin duduk membaca buku di atas kursi yang sandarannya dadamu dan kakinya kakimu.
9. Tidur: alamat pulang paling pasti ketika kata-kata kehabisan isi dan tak tahu lagi ke mana akan membawamu pergi.
10. Lancang benar ia. Berani menantang kita dengan senyumnya yang sangat subversif. Ia sungguh berbahaya.
11. Kau tergoda dan ingin lebih lama terpana ketika matanya mengerjap dan bulan muncrat di atas rambutnya yang hitam pekat.
12. Kau penyair ya? Kutahu itu dari kepalamu yang botak dan licin seperti semangka.
13. Kau bahkan sudah tidak seperti dulu ketika aku berdarah-darah menuliskanmu. Dan aku agak curiga jangan-jangan kau (pura-pura) pangling dengan saya.
14. Maaf, aku tidak bisa kasih hadiah apa-apa selain sejumlah ralat dan catatan kaki yang aku tak tahu akan kutaruh atau kusisipkan di mana. Sebab kau sudah pintar membaca dan meralat dirimu sendiri.
15. Sesungguhnya kita ini penggemar dangdut. Kita suka menggoyang-goyang memabuk-mabukkan kata memburu dang dang dang dan ah susah benar mencapai dut.
0 Response to "Terima Kasih dan Selamat Jalan, Jokpin!"
Posting Komentar