Sang Budha

Budha

Buddha Gautama adalah sosok penting munculnya agama Buddha. Sejarah Pangeran Siddharta Gautama dari kecil hingga menjadi Buddha yang dihormati umatnya, memberikan pembelajaran penting mengenai arti mencari kebenaran hidup. Sebagai salah satu agama yang diakui di Indonesia, Buddha juga memiliki umat yang taat di berbagai daerah.

Perjalanan Pangeran Siddharta Gautama ini layak untuk dibaca sebagai bahan renungan bahwa manusia tidak boleh berhenti belajar. Mari kita simak perjalanan Siddharta Gautama dari seorang pangeran menjadi sosok yang meninggalkan kenikmatan dunia fana dan menyebarkan ajaran Buddha.

Pengalaman Siddharta Gautama Sejak Kecil Hingga Dewasa

Siddharta Gautama lahir pada 623 SM. Ia lahir sebagai pangeran dari Kerajaan Sakya yang berada di perbatasan antara India dan Nepal saat itu. Siddharta lahir di Taman Lumbini. Arti nama dari Siddharta dalam bahasa Sansekerta adalah “Orang yang mencapai cita-citanya”.

Sebelum menemukan pencerahan dan menyebarkan agama Buddha, Siddharta memeluk agama Hindu yang sudah menjadi corak agama kerajaan Sakya.

Dua belas tahun sebelum kelahiran Sang Pangeran, seorang brahmana mengucapkan ramalan kepada Raja Suddhodana, ayah Siddharta Gautama, jika calon putranya akan menjalani takdir hebat. Dalam ramalan tersebut disebutkan bahwa putra Sang Raja bisa menjadi pemimpin hebat atau seorang resi besar. Maka setelah Siddharta Gautama lahir, Raja Suddhodana tidak mengizinkan putranya keluar istana. Sang Putra Mahkota dilimpahi kenikmatan dan dimanjakan hidupnya.

Sejak kecil Siddharta Gautama tidak pernah merasa kekurangan. Kehidupan yang selalu dilingkupi kemewahan dan mudah mendapatkan apapun yang ia mau, membuat Sang Pangeran mengira jika dunia memang terbentuk tanpa adanya penderitaan. Setelah beranjak dewasa, ia dijodohkan dengan seorang putti cantik jelita sebelum diangkat menjadi calon penerus Kerajaan Sakya.

Siddharta Gautama menikah dengan Putri Yasodhara. Suatu hari pada usia 19 tahun, ia pergi keluar istana dan terkejut dengan kenyataan yang ada di luar tembok istana. Hatinya tersentuh melihat orang-orang tua yang lemah, jenazah yang akan dikubur, orang sakit, dan pertapa.

Selama sepuluh tahun Siddharta Gautama mengalami pergolakan batin karena ia tahu jika kehidupan dan kesenangan dunia ini hanya sementara. Setelah kelahiran putranya, Rahula, Sang Pangeran melepaskan kehidupannya di istana dan meninggalkan keluarganya untuk menjadi pengelana.

Pengembaraan Siddharta Gautama

Dua guru yang menjadi kawan diskusi Siddharta Gautama adalah pertapa Alara Kalama dan Udraka Ramaputra. Siddharta Gautama terus mencari jawaban atas hakikat kehidupan selama lebih dari enam tahun sampai akhirnya ia bertapa di bawah pohon bodhi. Tepat pada malam purnama pada bulan Waisak saat ia berumur 35 tahun. Siddharta Gautama mendapatkan Pencerahan Sempurna.

Pangeran yang kini menjadi pengelana tersebut mencari guru untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya mengenai kesejatian hidup. Namun, setelah berguru kepada Alara Kalama dan Uddaka Ramaputra, Siddharta Gautama masih belum merasa puas.

Berikutnya, Siddharta Gautama melakukan pertapaan panjang selama enam tahun bersama lima orang pertapa lain di hutan Uruwela, tepi Sungai Nairanjana. Selama bertapa, ia meninggalkan kesenangan fisik seperti haus dan lapar sampai tubuhnya hanya tampak seperti tulang terbungkus kulit. Pertapaannya selesai setelah tubuhnya limbung akibat sudah mencapai batas maksimal.

Mencapa Pencerahan dan Menjadi Buddha Gautama

Tepat pada malam purnama pada bulan Waisak saat ia berumur 35 tahun. Siddharta Gautama mendapatkan Pencerahan Sempurna. Setelah mendapatkan jawaban atas pengembaraannya, Siddharta Gautama kini dijuluki Buddha Gautama.

Julukan lain dari Sang Buddha adalah Tathagata (Ia Yang Telah Datang, ia Yang Telah Pergi), Sugata (Yang Maha Tahu), dan  Bhagava (Yang Agung). Buddha Gautama menyampaikan khotbah pertama di Taman Rusa Sarnath, India, kepada lima orang  pertapa yang pernah mengembara bersamanya.

Khotbah pertama Buddha Gautama disebut sebagai Cattari Ariya Saccani (Empat Kebenaran Mulia). Empat Kebenaran Mulia terdiri dari:

  1. Kebenaran tentang adanya Dukkha
  2. Kebenaran tentang sebab Dukkha
  3. Kebenaran tentang lenyapnya Dukkha
  4. Kebenaran tentang jalan berunsur delapan menuju akhir Dukkha

Dukkha adalah nama lain dari bentuk penderitaan di dunia seperti sakit ringan, perpisahan, dan kekecewaan. Buddha memerintahkan murid-muridnya untuk menyebarkan ajarannya ke seluruh India hingga tersebar di Sri Lanka, Cina, serta Thailand. Raja Ashoka dari India Kuno berjasa semakin mempopulerkan ajaran Buddha pada abad ke-3.

Buddha memiliki ajaran untuk hidup sederhana serta mengasihi sesama makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan, hingga binatang. Sejarah Pangeran Siddharta Gautama dari kecil hingga menjadi Buddha ini memberikan arti pentingnya belajar untuk memperbaiki diri.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sang Budha"

Posting Komentar